Jumat, 30 April 2010

Cowboy Paradise



 
NUSANTARA - BALI
Sabtu, 01 Mei 2010 , 01:33:00

Tiga Cowboy Fendi, Argo dan Arnold yang kini sedang dalam penanganan Polda Bali. Foto : radar Bali
HEBOH peredaran film dokumenter Cowboys in Paradise yang mengambil lokasi syuting di Pantai Kuta membuat banyak pihak "kebakaran jenggot". Tidak terkecuali Himpunan Pramuwisata Indonesia (HPI ) Bali pun geram, lantaran dalam film tersebut  profesi guide juga dicatut. Ketua HPI Bali, Made Sukadana sangat menyesalkan ulah pembuat film dokumenter  yang warga asing keturunan India, yang tinggal di Singapura tersebut. Ini karena ada lontaran pemeran yang menyebut diri sebagai guide.

Pihaknya sangat menyesalkan adanya ulah dari oknum yang memiliki perilaku seperti yang diceritakan dalam film dokumenter ini. Dikatakan, ada pemandu  yang mengaku sebagai guide sekaligus berperan sebagai gigolo memang tidak bisa dipungkiri. Dan, itu dirasa merusak image pariwisata Bali. Guide atau pemandu wisata yang mengajak tamu dan mengantar ke sejumlah tempat wisata, bagi pandangan masyarakat dikatakan guide. Padahal, guide yang resmi harus ada sertifikat yang dikeluarkan pemerintah daerah melalui Disparda.

Terkait isu gigolo yang beroperasi di kawasan Kuta, pihaknya berharap pihak berwenang melakukan penertiban secara kontinyu. "Kami berharap penertiban di kawasan wisata terus dilakukan, baik kepolisian, satgas maupun sat pol PP," terangnya.

Untuk diketahui, film dokumenter ini jadi meluas cepat, karena bisa diunduh di www.youtube.com. Di situs ini, pengguna internet bisa menyaksikan cuplikan film dokumenter ini yang berdurasi dua menit lebih. Cuplikan film dokumenter gigolo Kuta ini dibuka dengan gambar salam perkenalan dari seorang pria dewasa di Pantai Kuta.

Selain memberi salam perkenalan, pria berambut panjang dan berkaca mata ini juga menawarkan jasanya untuk menemani seorang turis wanita asal mancanegara selama liburan di Bali.

Dalam pandangan sutradara Amit Virani, seorang turis mancanegara, yang sedang berlibur di Bali, beberapa pemuda yang sering berada di Pantai Kuta, sengaja mencoba memanfaatkan turis wanita dari luar negeri untuk mencari keuntungan. Baik hubungan seks maupun finansial. Repotnya, meski kontroversial, film ini meraih tiga nominasi di Asian Festival of First Film. (ima)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar